Sidoarjo – Gadget atau gawai, kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Bahkan, gawai bisa menimbulkan kecanduan, bukan hanya bagi kalangan anak-anak namun juga orang dewasa.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 33,44% anak usia dini berusia 0-6 tahun di Indonesia sudah bisa menggunakan ponsel pada 2022. Sementara, 24,96% anak usia dini di dalam negeri juga mampu mengakses internet.
Secara rinci, 52,76% anak usia 5-6 tahun telah menggunakan ponsel. Sedangkan, proporsinya di anak dengan rentang usia 0-4 tahun tercatat sebesar 25,5%.
Di sisi lain, 39,97% anak usia 5-6 tahun sudah bisa mengakses internet. Sementara, hanya 18,79% anak usia 0-4 tahun di Indonesia yang mengakses internet.
BPS juga mencatat, proporsi anak usia dini yang menggunakan ponsel dan mengakses internet akan semakin tinggi seiring meningkatnya pengeluaran rumah tangga.
Di rumah tangga dengan pengeluaran 40% terbawah, proporsi anak usia dini yang menggunakan ponsel sebesar 30,28%. Sebanyak 32,36% anak usia dini di kelompok pengeluaran tersebut juga telah mengakses internet.
Sementara, persentase anak usia dini yang menggunakan ponsel di kelompok pengeluaran 20% teratas sebesar 38,85%. Sebanyak 32,36% anak di kelompok pengeluaran itu juga telah mengakses internet.
Kehadiran gawai sendiri bisa sangat bermanfaat, namun bisa juga berdampak buruk bagi penggunanya. Maka dari itu, penggunaan gawai, khususnya bagi anak2 perlu dibatasi dan diawasi.
“Gadget (gawai) memberikan manfaat yang tak terbantahkan, terutama bagi orang dewasa, namun gadget (gawai) juga menghadirkan ancaman besar bagi anak-anak,” ujar Ketua Kormi Jawa Timur, Hudiyono.
Menurut Hudiyono, anak-anak yang terlalu sering menggunakan gawai mudah terjerumus dalam perilaku kecanduan yang dapat mengganggu keseimbangan waktu, tidur, dan aktivitas fisik anak-anak.
Untuk mengurangi ketergantungan penggunaan gadget, Hudiyono, membagikan alat permainan tradisional serta peralatan olah raga bola boli di RW IX, Desa Kalitengah, Kecamatan Tanggulangin.
“Nah, permainan tradisional bisa mencegah dampak buruk itu, karena selalu dimainkan secara komunal atau berkelompok. Demikian juga dengan penyerahan peralatan voli berupa net dan bola ini, saya berharap warga khususnya pemuda terus bersemangat berolah raga. Semoga semakin sehat, guyub dan rukun saklawase,” ujar Hudiyono.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi D, DPRD Kabupaten Sidoarjo, Zahlul Yussar mengatakan, gawai memberikan akses leluasa ke internet, di mana konten tidak pantas dan berbahaya dapat dengan mudah diakses.
“Harus ada berbagai filter dan pengawasan orang tua, tidak hanya waktu yang harus dibatasi, namun juga mengawasi konten yang diakses,” terang Zahlul.
Saat ini banyak kalangan yang lebih memilih berinteraksi dengan gawai daripada berbicara dengan teman sebaya atau anggota keluarga secara langsung.
“Pengenalan kembali permainan tradisional apapun jenisnya bisa mengembalikan keceriaan anak-anak dan keluarga. Begitu juga dengan olah raga, bisa meningkatkan interaksi antar warga sehingga bisa menambah kerukunan,” imbuh Zahlul.