Sidoarjo – Komunitas Seni Budaya BrangWetan bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Forum Wartawan Sidoarjo Institute, terus mengkampanyekan sekolah toleransi, yang pada tahun ini diikuti oleh 50 Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Sidoarjo.
“Tahun ini Cinta Budaya Cinta Tanah Air” (CBCTA), melibatkan 50 SMP di Sidoarjo yang terdiri dari 43 SMP Negeri dan 7 SMP swasta serta 5 orang pengawas sekolah. 50 sekolah itulah yang nantinya akan deklarasi Sekolah Toleransi yang direncanakan bulan Mei nanti,” tutur Henri Nurcahyo, Project Manager CBCTA #3.
Bahkan 3 Sekolah, yakni SMPN 1 Taman, Gedangan, dan Waru, yang sebelumnya mengikuti progam ini dan telah mendeklasikan sebagai Sekolah Toleransi, didapuk sebagai sekolah percontohan bagi sekolah lain, yang tahun ini turut ambil bagian.
“Kabupaten Sidoarjo kini, menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki Sekolah Toleransi pertama kali dan terbanyak,” tegas Henri yang juga Ketua Komunitas Seni Budaya BrangWetan.
Sementara itu menurut M. Amin Hasan, M.Pd, dari UIN Sunan Ampel Surabaya, yang hadir dalam “Soft Meeting Waka Kurikulum dan Waka Kesiswaan Menuju Sekolah Toleransi”, yang juga dihadiri oleh Kepala Bidang Peningkatan Mutu Disdikbud Sidoarjo, Dr Netty Lastiningsih, dan Kabid Kebudayaan Disdikbud Kab. Sidoarjo, Kartini, MPd, menyebutkan bahwa bahwasanya toleransi harus juga ditunjukkan melalui ucapan, sikap, dan perbuatan, bahkan juga melalui simbol-simbol.
“Yang namanya kurikulum itu bukan sebatas apa yang diajarkan di dalam kelas, melainkan apa yang dilakukan dan ditunjukkan oleh sikap guru. Busana guru misalnya, itu juga termasuk bagian dari kurikulum karena akan dinilai oleh siswa,” ujar Amin yang juga menjabat sebagai Konsultan Pendidikan Kemendikbud dan juga pengajar mata kuliah Kurikulum di UIN.