SURABAYA – Problematika beban ganda penyakit yang ditandai dengan peningkatan kasus penyakit infeksius diiringi kasus penyakit tidak menular, menjadi tantangan besar dalam upaya pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Beberapa penyakit tidak menular yang populer diderita masyarakat Indonesia diantaranya penyakit hipertensi dan diabetes.
Sebagai penyebab kematian prematur utama di seluruh dunia, WHO menyebutkan bahwa sebanyak 33% atau 1,3 milyar penduduk usia 30-79 di dunia menderita hipertensi pada tahun 20191. Selain itu, International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan sebanyak 10,5% atau 536,6 juta penduduk usia 20-79 tahun di seluruh dunia menderita diabetes pada tahun 20212. Hasil Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 menyebutkan prevalensi penderita hipertensi pada penduduk usia ≥15 tahun di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah mencapai 29,2%, sedangkan prevalensi penderita Diabetes Melitus berdasarkan hasil pemeriksaan kadar gula darah mencapai 11,7%3.
Provinsi Jawa Timur merupakan peringkat pertama provinsi dengan jumlah penderita diabetes tertinggi sekaligus peringkat kedua untuk jumlah penderita hipertensi di Indonesia. Kabupaten Ngawi menjadi salah satu kabupaten di Jawa Timur dengan jumlah kejadian hipertensi mencapai 272.720, sedangkan jumlah penderita diabetes mencapai 28.432 kasus. Meskipun cakupan pelayanan kesehatan bagi penderita diabetes telah mencapai 100%, hanya ada 78,9% penduduk penderita hipertensi yang memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut4 (Profil Kesehatan Jawa Timur, 2022).
Puskesmas Walikukun di Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi termasuk salah satu puskesmas dengan cakupan pelayanan kesehatan penderita hipertensi
yang cukup rendah yaitu hanya 39%, meskipun cakupan pelayanan kesehatan diabetes telah mencapai lebih dari 100%.
Banyaknya penduduk yang lalai terhadap pencegahan dan pengobatan penyakit hipertensi dan diabetes disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penyakit tersebut serta rendahnya kesadaran penderita untuk rutin berobat. Posbindu dan Posyandu Lansia termasuk dalam Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang dibentuk untuk mendorong upaya pencegahan dan pengendalian faktor risiko pada Penyakit Tidak Menular (PTM), termasuk hipertensi dan diabetes. Puskesmas Walikukun memiliki sejumlah Posbindu dan Posyandu Lansia di wilayah kerjanya.
Sayangnya, beberapa diantaranya tidak aktif disebabkan oleh kurangnya pengetahuan kader kesehatan mengenai PTM terutama hipertensi dan diabetes. Akibatnya, sebagian kader tersebut kurang memiliki kepercayaan diri dalam memberikan edukasi, melakukan deteksi dini, serta monitoring bagi masyarakat setempat yang sudah terdeteksi menderita ataupun tidak/belum terdeteksi menderita penyakit hipertensi dan/atau diabetes.
Dengan menggandeng Puskesmas Walikukun sebagai pihak mitra, ketiga dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR yakni Yuly Sulistyorini, S.KM., M. Kes., Dr. Nunik Puspitasari, S.KM., M. Kes., dan Dr. Mahmudah, Ir., M.Kes. dengan dibantu sejumlah mahasiswa FKM UNAIR telah melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk capacity building pada hari Rabu, 12 Juni 2024 bertempat di Aula Puskesmas Walikukun, KEcamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader tentang deteksi dini dan monitoring penyakit hipertensi dan diabetes. Kegiatan tersebut dihadiri sebanyak 80 peserta yang terdiri dari pihak FKM UNAIR, Kepala Puskesmas dan staf tenaga kesehatan di Puskesmas Walikukun, serta kader Posbindu dan Posyandu Lansia yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas Walikukun.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan dalam 4 sesi. Sesi pertama diawali dengan sambutan dari Kepala Puskesmas Walikukun dr. Hermin Ambarsari dilanjutkan oleh Dr. Nunik Puspitasari, S.KM., M. Kes selaku ketua kegiatan Pengabdian Masyarakat dari FKM UNAIR. Sesi pertama kemudian dilanjutkan dengan pemaparan dan tanya jawab seputar penyakit hipertensi dan diabetes yang disampaikan dan dipandu oleh Kepala Puskesmas Walikukun dr. Hermin Ambarsari. Sesi kedua adalah praktek pengukuran tekanan darah dan kadar gula darah menggunakan alat ukur digital portable. Kegiatan sesi kedua ini didahului dengan pemaparan tentang bagaimana cara mengukur tekanan darah dan kadar gula darah menggunakan alat ukur digital portable tekanan darah dan kadar gula darah menggunakan alat ukur digital portable yang disampaikan oleh Dr. Nunik Puspitasari, S.KM., M. Kes. selaku ketua kegiatan pengabdian masyarakat dari FKM UNAIR. Sedangkan sesi ketiga adalah penutupan dan pemberian cinderamata kepada mitra kegiatan pengabdian masyarakat yaitu Puskesmas Walikukun, serta membagian door prize kepada peserta kader yang aktif selama kegiatan. Pengukuran tingkat pengetahuan kader mengenai penyakit hipertensi dan diabetes serta ketrampilan kader dalam melakukan pengukuran tekanan darah dan kadar gula darah dilakukan dengan memberikan pre-test dan post-test sebelum dan sesudah materi diberikan.
Antusiasme dan semangat para kader dalam kegiatan ini sangat tinggi. Hal tersebut terlihat dari banyaknya jumlah kader yang bertanya ketika sesi tanya-jawab dilakukan. Selain itu, banyak peserta mengajukan diri secara sukarela untuk mencoba melakukan pengukuran tekanan darah maupun kadar gula darah dengan alat yang telah disediakan secara mandiri. Kegiatan ini diakhiri dengan pemberian penghargaan kepada para peserta yang g aktif selama kegiatan berlangsung.
Kegiatan ini diharapkan dapat membantu memperkaya pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan Puskesmas Walikukun mengenai penyakit hipertensi dan diabetes. Adanya peningkatan dan pengetahuan tersebut harapannya dapat berdampak maksimal dalam upaya deteksi dini masyarakat yang terduga hipertensi dan diabetes, serta dapat melakukan monitoring secara intensif pada masyarakat penderita hipertensi dan diabetes agar lebih teratur dalam berobat dan menjalankan pola hidup sehat.