PASURUAN – Inovasi ekonomi kreatif berbasis potensi lokal mulai tumbuh di Desa Plintahan, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Desa yang dikenal dengan kekayaan hutan bambu ini kini memanfaatkan bahan alami tersebut menjadi produk kriya bernilai tambah dengan sentuhan inovasi dari mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) bersama Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI).
Program KKN berdampak dari program Pemberdayaan Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) yang didanai oleh Kemdiktisaintek tahun 2025 tersebut menjadi angin segar bagi masyarakat, khususnya ibu-ibu Dusun Binangun. Mereka diberdayakan untuk menghasilkan berbagai kerajinan bambu, mulai dari perkakas rumah tangga, wadah hampers, hingga perlengkapan dekorasi. Tak hanya produksi, mahasiswa juga mendampingi pemasaran melalui pasar budaya hingga platform digital.
“Bambu bukan sekadar bahan mentah, melainkan simbol keberlanjutan. Dengan kreativitas, bambu bisa menjadi jalan bagi kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga warisan budaya,” ujar Rohman Dijaya, dosen pendamping KKN berdampak UMSIDA, Selasa (23/9).
Keunggulan dari program ini adalah hilirisasi produk. Mahasiswa tidak hanya mengajarkan teknik produksi, tetapi juga strategi pemasaran. Produk dipasarkan secara offline lewat Pasar Budaya Pring Sewu yang digelar rutin di Dusun Binangun, serta secara online melalui media sosial, e-commerce, dan strategi afiliasi agar menjangkau pasar lebih luas.
Menurut Rohman, pendekatan ini tidak boleh lepas dari aspek konservasi. “Hilirisasi harus selaras dengan ekosistem lingkungan. Bambu dimanfaatkan tanpa mengganggu keberlanjutan hutan yang menjadi penopang ekologi Desa Plintahan,” jelasnya.
Sinergi akademisi dan masyarakat ini dinilai sukses karena menggabungkan berbagai bidang. Teknologi digunakan untuk digitalisasi pemasaran, manajemen untuk strategi produksi, serta humaniora untuk menjaga kearifan lokal. Dengan begitu, masyarakat tidak hanya memperoleh penghasilan tambahan, tapi juga tumbuh kesadaran menjaga lingkungan.
Produk kriya bambu Plintahan diharapkan menjadi ikon ekonomi kreatif lokal sekaligus model pemberdayaan masyarakat berbasis konservasi. Dengan dukungan pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat, Plintahan berpeluang menjadi laboratorium hidup bagi bambu dan budaya.
“Harapan kami, hasil karya ini bisa terus berkembang. Selain menambah pendapatan keluarga, juga bisa memperkenalkan Desa Plintahan ke tingkat nasional sebagai desa bambu yang berdaya saing,” pungkas Rohman.