Sidoarjo – Forum Wartawan Sidoarjo (Forwas) mengadakan diskusi kecil bertajuk “Perjalanan Pendidikan di Sidoarjo: Dari Masa Kolonial Hingga Era Modern” pada Jumat malam.
Diskusi yang dilaksanakan di Balai Wartawan Sidoarjo ini, menghadirkan narasumber atau pemateri dr. Sudi Harjanto, seorang pegiat sejarah dari Komunitas Sidoarjo Masa Kuno.
Dalam pemaparannya, dr. Sudi Harjanto mengungkapkan bahwa pendidikan formal di Sidoarjo dimulai sejak masa kolonial Belanda dengan adanya Sekolah Rakyat. “Pada zaman kolonial, hanya keluarga bangsawan, priyayi, dan tokoh terkemuka yang bisa menikmati pendidikan. Salah satu sekolah tertua di Sidoarjo adalah SD Negeri Pucang dan Gedung Juang, yang diduga kuat bangunan tersebut dulunya adalah sekolah lanjutan kolonial, gedung itu malah sempat ditempati Taman Siswa,” jelasnya.
Fakta menarik lainnya, dr. Sudi Harjanto menyebutkan bahwa Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, pernah bersekolah di Sidoarjo. Ini berdasarkan catatan arsip Jepang yang menunjukkan bahwa Ir. Soekarno memulai sekolahnya di Desa Ploso Djombang, kemudian pindah ke sekolah kelas II di Sidoarjo.
Selain pendidikan formal, pendidikan non-formal seperti pesantren juga telah hadir di Sidoarjo sejak abad ke-18. “Salah satu pesantren tertua ada di Kecamatan Buduran. Bahka ada temuan pesantren yang lebih tua dari yang ada di Buduran, yakni di Gedangan. Dulu Kasan Mlangi (anak dari Amangkurat 4) dikabarkan pernah nyantri disitu,” ungkap dr. Sudi Harjanto. Lebih lanjut, ia juga menjelaskan bahwa di Sidoarjo terdapat sekolah-sekolah dari agama lain, seperti sekolah Kristen di Kecamatan Krembung yang dekat dengan Gereja tertua di Sidoarjo, Desa Wonomlati.
Diskusi ini berlangsung dengan interaktif dan penuh antusiasme dari para peserta. Forwas berharap diskusi semacam ini dapat meningkatkan pemahaman tentang sejarah pendidikan di Sidoarjo dan pentingnya melestarikan sejarah lokal.
“Kegiatan ini penting agar kita tahu sejarah pendidikan di Sidoarjo, dan melalui pemahaman sejarah, kita bisa lebih menghargai dan menjaga warisan budaya kita,” ujar seorang peserta diskusi.
Di akhir acara, para peserta menyatakan harapan agar diskusi-diskusi serupa dapat digalakkan di berbagai komunitas, sehingga masyarakat Sidoarjo lebih memahami sejarah dan perkembangannya. Dengan demikian, nilai-nilai pendidikan dan budaya yang telah ada sejak masa lalu dapat terus dihargai dan diwariskan ke generasi berikutnya.