Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah Sidoarjo bakal menggelar Musyawarah Daerah (Musyda) ke-11 pada 5 Maret 2023 mendatang. Menariknya, gelaran ini mengusung tugu babalayar sebagai logo utama yang dibubuhi dengan simbol Persyarikatan Muhammadiyah.
Ikon baru Sidoarjo yang didesain melalui sayembara tersebut dipilih lantaran PD Muhammadiyah Sidoarjo ingin terus membumikan persyarikatan di tengah-tengah dinamika masyarakat Kota Delta.
“Muhammadiyah ingin menjadi bagian penting dari setiap ikhtiar memajukan Sidoarjo dengan membawa semangat Islam berkemajuan. Sebuah semangat yang menyemaikan kebaikan, keadilan, kemakmuran dan keutamaan hidup,” tutur Ketua PD Muhammadiyah Sidoarjo drh Zainul Muslimin saat menggelar konfrensi pers di Kantor PDM Sidoarjo Jalan Mojopahit 666B Sidoarjo, Selasa (24/1/2023).
Semangat tersebut, lanjut dia selaras dengan tema yang diusung dalam Musyda ke-11 PD Muhammadiyah Sidoarjo yakni ‘Membumikan Islam Berkemajuan, Memajukan Sidoarjo’.
“Tugu Babalayar ini adalah ikon baru Sidoarjo yang secara eksplisit juga mewakili angka 11. Sebagai ikon lokal, kami juga berharap dakwah Muhammadiyah ke depan dilakukan tanpa meninggalkan kearifan lokal,” tutur Zainul Muslimin.
Lebih lanjut, gelaran Musyda ke-11 yang akan dilaksanakan di Auditorium Universitas Muhammadiyah Sidoarjo tersebut akan dimeriahkan dengan berbagai rangkaian acara. Di antaranya ialah pawai kader, bazar UMKM, dan pameran pendidikan.
Sementara itu, Ketua Panlih Musyda ke-11 PD Muhammadiyah Sidoarjo Imam Mahfudzi menambahkan, dalam Musyda akan dibahas sejumlah agenda untuk Muhammadiyah dan isu-isu strategis di masa mendatang. Di antaranya ialah pemilihan 11 pimpinan periode 2022 – 2027 yang salah satunya akan dipilih sebagai Ketua PD Muhammadiyah Sidoarjo periode 2022 – 2027.
“Siapapun dari kader Muhammadiyah bisa mencalonkan sebagai 11 pimpinan sesuai syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Panlih dan selaras dengan AD/ ART Muhammadiyah,” ujar Imam.
Selain pemilihan pimpinan, Musyda ke-11 akan membahas sejumlah isu strategis terkait keummatan, kebangsaan dan kemanusiaan.
Terkait isu keumatan diantaranya ialah membahas tantangan agama, tata kelola persyarikatan, jejaring rumah ibadah, serta penguatan Islam Wasatiyah.
Kedua ialah isu terkait kebangsaan yang membahas seputar penguatan keadilan hukum, perwujudan ruang publik yang inklusif, ketahanan keluarga, pendidikan non formal, jihad ekonomi, dan jihad politik dengan penegasan politik berbasis nilai.
“Yang ketiga ialah isu kemanusiaan yang akan difokuskan pada pembahasan kerusakan lingkungan, pengurangan resiko bencana dan dampak perubahan iklim serta budaya hidup bersih,” jelas Imam.
Menggarisbawahi terkait jihad politik Muhammadiyah, Imam menegaskan bahwa persyarikatan menjaga jarak yang sama dengan semua partai politik. Bahkan untuk calon pimpinan PD Muhammadiyah Sidoarjo sendiri, salah satu syaratnya ialah tidak menjadi bagian dalam struktur partai politik.
Namun demikian, bukan berarti Muhammadiyah anti terhadap politik. Imam menjelaskan bahwa, sejumlah kader muda Muhammadiyah di Sidoarjo saat ini telah berdiaspora di berbagai partai politik. Dan hal itu sangat dihargai sebagai sebuah hak dan ikhtiar untuk berjuang di jalur politik.
“Muhammadiyah mengusung semangat politik nilai yang tidak berpihak pada satu atau dua partai politik tertentu. Kalau ini terkesan sangat normatif, kami optimis politik berintegritas yang jujur dan bersih dapat terwujud,” pungkas Imam.