Sidoarjo – Ibu rumah tangga asal Desa Tropodo, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo, berhasil membuat bubuk kopi hingga tembus ke pasar di Australia. Industri rumahan yang digelutinya sejak tahun 2019 lalu, kini menjadi bukti pertumbuhan UMKM di Sidoarjo sangat baik.
Ide bisnis Weni Dwi Agustina (34) ini bermula saat usaha budidaya jamur tiramnya gulung tikar pada tahun 2019 lalu. Dipilihnya kopi sebagai usahanya, karena saat ini, kopi menjadi kebutuhan pokok masyarakat.
“Berawal dari usaha budidaya jamur tiram sebelumnya yang gulung tikar di tahun 2019, Weny kemudian beralih menggeluti dunia perkopian secara otodidak,” ucap Weni.
Weni menjelaskan, nama Jenggala pada kopi produksinya dipilih karena mempunyai nilai filosofi tentang Sidoarjo. Jenggala merupakan nama salah satu jembatan yang ada di Sidoarjo.
“Jadi saya ambil filosofi jembatan Jenggolo, yang ketika kita membaca kata Jenggala, tanpa mencari tahu, sudah pasti itu adalah bagian ikon khasnya Sidoarjo. Sebagai wujud kecintaan saya pada Sidoarjo, jadi angkat nama Jenggala di kopi saya,” imbuhnya tempat produksi Perumahan Citra Harmoni.
Weni mendapatkan biji kopi merah melalui kerja sama dengan petani kopi lokal di Jawa Timur seperti daerah kawasan pegunungan Bromo, Pasuruan, Dampit Malang hingga Bondowoso. Menurutnya, biji kopi daerah itu memiliki ciri khusus, dan para petaninya bisa dijangkau dengan kerjasama secara berkelanjutan tanpa takut kehabisan stok.
Proses produksi kopi Jenggala menggunakan mesin modern dengan kapasitas 100 kilogram per hari. Biji kopi dimasukkan ke dalam mesin dengan suhu 200 derajat. Setelah itu matikan, lalu masukkan ke cooling.
“Lanjut kita sortir untuk menghasilkan biji kopi murni tanpa campuran batang, kulit dan lainnya, kita proses ke mesin penggilingan, setelah dingin baru kita packing, dan didistribusikan,” beber ibu tiga anak ini.
Suka duka menjalankan UMKM dialami Weni. Segala tenaga dan perjuangan dijalani demi mempertahankan usaha kopi Jenggala miliknya. Sebelumnya, Weni menggunakan teflon dan mesin ongkleng saat produksi kopi Jenggala.
“Alhamdulillah sekarang sudah punya mesin sendiri. Kalau saat ini susah pemasaran karena banyak kompetitor kopi. Apalagi jika mereka memakai campuran seperti jagung, gandum, harganya jadi lebih murah dibanding produk saya,” terang Weni.
Namun, Weni tak kekurangan cara, ia dibantu ibu-ibu warga setempat, dan ditambah lagi dengan 9 orang karyawan, mengerahkan strategi dalam hal pemasaran produknya. Weni memberikan sample gratis dan kartu nama Kopi Jenggala.
Ide pemasaran Weni berdampak baik terhadap penjualan. Ada feedback dari penikmat kopi. Sekarang ia ingin mempersiapkan untuk kopi dalam kemasan paper cup, kopi siap seduh, bisa dibawa ketika bepergian tinggal di seduh air panas.
Beragam jenis dan harga kopi Jenggala ditawarkan oleh Weni. Mulai dari arabika, liberika, robusta dan kopi rempah dengan kandungan jahe merah, kapulaga, jinten hitam, kayu manis, cengkeh, bunga lawang dan sereh.
Weni membandrol harga Rp 17 ribu untuk kemasan middle low 250 gram, bisa dibeli di pasar tradisional dan marketplace. Sedangkan middle up kemasan premium seperti Carabian dihargai Rp20 ribu sampai Rp 25 ribu per kemasan, bisa didapatkan di swalayan, Indomaret, Nagamas, pusat oleh-oleh Sidoarjo, Surabaya, khusus Jakarta di Smesco Mart.
“Alhamdulillah sekarang juga sudah masuk ekspor Australia karena lolos kompetisi,” tuturnya sambil bersyukur.
Weni terus mengembangkan dan memajukan usahanya melalui berbagai kompetisi dan kontes baik skala Nasional dan internasional.
“Saat ini alhamdulillah, masuk seleksi Pengusaha Muda Brilian (PMB) 2023 yang diadakan oleh BRI. Saya masuk 100 besar se-Indonesia. Omset usaha kopi Jenggala Rp 15 juta perhari,”kata Weni.
Weni berharap, usaha kopi Jenggala miliknya dapat mencapai pangsa pasar luar negeri agar lebih luas lagi dengan dukungan Pemerintah dan pihak terkait, terutama mengenai tempat yang harus memenuhi standar Internasional.
Selain itu harapannya untuk lebih banyak mengajak dan membuka peluang lapangan kerja bagi para perempuan untuk berkontribusi memajukan Indonesia khususnya dalam hal pembangunan Sidoarjo melalui usaha kopi miliknya.